ﻓَﺎﻷَﻣْﺜَﻞُ ﻓَﻴُﺒْﺘَﻠَﻰ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻋَﻠَﻰ ﺣَﺴَﺐِ ﺩِﻳﻨِﻪِ ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺩِﻳﻨُﻪُ
ﺻُﻠْﺒًﺎ ﺍﺷْﺘَﺪَّ ﺑَﻼَﺅُﻩُ ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻓِﻰ ﺩِﻳﻨِﻪِ ﺭِﻗَّﺔٌ ﺍﺑْﺘُﻠِﻰَ ﻋَﻠَﻰ
ﺣَﺴَﺐِ ﺩِﻳﻨِﻪِ
ujiannya?” Beliau menjawab, “Para Nabi
kemudian orang-orang yang semisalnya, kemudian
orang yang semisalnya. Seseorang akan diuji
sesuai kadar (kekuatan) agamanya. Jika
agamanya kuat, maka ujiannya akan bertambah
berat. Jika agamanya lemah maka akan diuji
sesuai kadar kekuatan agamanya” [HR ATTirmidzi]
ﺗُﺮْﺟَﻌُﻮﻥَ
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-
benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan
[al-Anbiyâ’/21 : 35]
ﺃَﺧْﺒَﺎﺭَﻛُﻢْ
menguji kamu agar kami mengetahui orang-orang
yang berjihad dan yang bersabar di antara kamu,
dan agar kami menyatakan (baik buruknya) hal
ihwalmu [Muhammad/47:31]
sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan
yang patut diutamakan
[Âli ‘Imrân/3 : 186]
ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﻭَﻋَﻤِﻠُﻮﺍ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤَﺎﺕِ
ﻭَﺗَﻮَﺍﺻَﻮْﺍ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖِّ ﻭَﺗَﻮَﺍﺻَﻮْﺍ ﺑِﺎﻟﺼَّﺒْﺮِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh dan nasehat menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran.”
(QS. Al ‘Ashr: 1-3).
“Dua hal yang pertama (iman dan amal
sholeh) untuk menyempurnakan diri
manusia. Sedangkan dua hal berikutnya
untuk menyempurnakan orang lain. Seorang
manusia menggapai kesempurnaan jika
melakukan empat hal ini. Itulah manusia
yang dapat selamat dari kerugian dan
mendapatkan keberuntungan yang
besar.” ( Taisir Al Karimir Rahman, hal. 934).
ﺧﻠﻘﻪ ﺇﻻ ﻫﻲ ﻟﻜﻔﺘﻬﻢ
sebagai hujjah pada hamba-Nya, maka itu
sudah mencukupi mereka.” Sebagaimana
hal ini dinukil oleh Syaikh Muhammad At
Tamimi dalam Kitab Tsalatsatul Ushul.
2. Kalau Anda boleh meyakini pendapat Anda, mengapa orang lain tidak boleh.
Jangan banyak mencari banyak, carilah berkah. Banyak bisa didapat dengan hanya meminta. Tapi memberi akan mendatangkan banyak dan berkah.
3. Tidak ada alasan untuk tak bersedekah kepada sesama. Karena sedekah tidak harus berupa harta. Bisa berupa ilmu, tenaga, bahkan senyum.
4. Apa yang kita makan, habis. Apa yang kita simpan, belum tentu kita nikmati. Apa yang kita infakkan justru menjadi rizki yang paling kita perlukan kelak.
5. Abadikan kebaikanmu dengan melupakannya.
6. Tawakkal mengiringi upaya. Do'a menyertai usaha.
7. “Berkata baik atau diam” adalah pesan Nabi yang sederhana tapi sungguh penting dan berguna untuk diamalkan dan disosialisasikan.
8. Janganlah setan terang-terangan engkau laknati dan diam-diam engkau ikuti.
9. Mau mencari aib orang? Mulailah dari dirimu!
10. Hati yang bersih dan pikiran yang jernih adalah suatu anugerah yang sungguh istimewa. Berbahagialah mereka yang mendapatkannya.
11. Meski sudah tahu bahwa memakai kaca mata hitam pekat membuat dunia terlihat gelap, tetap saja banyak yang tak mau melepaskannya.
12. Awalilah usahamu dengan menyebut nama Tuhanmu dan sempurnakanlah dengan berdo'a kepada-Nya.
13. Ada pertanyaan yang “tidak bertanya”; maka ada jawaban yang “tidak menjawab”. Begitu.
14. Sambutlah pagi dengan menyalami mentari, menyapa burung-burung, menyenyumi bunga-bunga, atau mendo'akan kekasih.
15. Jangan awali harimu dengan melaknati langit.
16. Wajah terindahmu ialah saat engkau tersenyum. Dan senyum terindahmu ialah yang terpantul dari hatimu yang damai dan tulus...
SUKSES SELALU ...
Di dalam bahasa Arab, qunut semula bisa berarti:
tunduk; merendahkan diri kepada Allah;
mengheningkan cipta; berdiri shalat. Kemudian
digunakan untuk berdoa tertentu di dalam shalat.
Nabi Muhammad Saw. melakukan qunut dalam
berbagai keadaan dan cara (seperti banyak
diriwayatkan dalam hadits-hadits tentang qunut ini).
Pernah Nabi berqunut pada setiap lima waktu, yaitu pada saat ada nazilah (musibah). Saat kaum
muslimin mendapat musibah atau malapetakan, misalnya ada golongan muslimin yang teraniaya atau
tertindas. Pernah pula Nabi qunut muthlaq, tanpa
sebab khusus.
dan pilihan menurut sandar kesahihan masing-
masing terhadap hadis-hadis yang ada tentang itu).
dilakukan pada waktu shalat Witir sebelum rukuk
(Hanafi) atau sesudah rukuk (Hanbali).
kedua (Maliki).
qunut itu dilakukan waktu shalat Subuh dan shalat
Witir pertengahan terakhir bulan Ramadlan setelah
rukuk terakhir (Syafi’i). Untuk lebih luasnya, silahkan membaca Ibanat al-Ahkaam I/428-433; al-Fiqhu ‘alaa al-Madzhaahib al-Arba’ah I/336-340; dan
Bidayat al-Mujtahid I/131-133).
musibah besar, dan boleh dilakukan pada semua
shalat wajib yang lima.
Banyak dalil yang mendasari hal ini, antara lain:
Radhiyallahu’anhu : “ Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam berdoa Qunut selama sebulan penuh, beliau
mendoakan keburukan terhadap Ri’lan dan Dzakwan
serta ‘Ushayyah yang mendurhakai Allah dan Rasul-
Nya” [HR. Bukhari-Muslim, dengan lafadz Muslim]
Radhiyallahu’anhu : “ Suku Ri’lan, Dzakwan, Ushiyyah,
dan Bani Lihyan meminta bantuan orang kepada
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam untuk berlindung
dari musuh, beliau Shallallahu’alaihi Wasallam
memberikan bantuan 70 orang Anshor yang kami sebut
sebagai Qurra’. Kebiasaan para sahabat yang disebut
Qurra’ ini adalah mereka pencari bakar di siang hari
dan menegakkan shalat lail di malam hari. Ketika 70
ornag Anshor ini berada di perjalanan dan sampai di
sumur Ma’unah, mereka dibunuh dan dikhianati oleh
suku Ri’lan, Dzakwan, Ushiyyah, dan Bani Lihyan.
Berita ini sampai kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam, maka beliau melakukan Qunut Nazilah
selama sebulan pada shalat shubuh mendoakan
kehancuran terhadap suku Ri’lan, Dzakwan, Ushiyyah,
dan Bani Lahyan. Anas berkata: ” Kami pernah
membacanya ayat Qur’an diturunkan tentang orang-
orang yang dibunuh di sumur Ma’unah tersebut ,
kemudian ayat tersebut diangkat (mansukh) sesudah
itu. (Yaitu ayat)
bertemu dengan Tuhan kami, maka Dia ridha kepada
kami dan kami ridha kepada-Nya. ’ “
[HR. Bukhari]
Radhiyallahu’anhu : “ Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam terkadang berdoa Qunut (ketika ada
musibah) pada shalat Maghrib dan shalat
Shubuh ” [HR. Bukhari]
Radhiyallahu’anhu : “ Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam terkadang berdoa Qunut (ketika ada
musibah) pada shalat Shubuh dan shalat
Maghrib ” [HR. Bukhari]
Radhiyallahu’anhu :
“Selama sebulan penuh Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam setelah membaca ﺳﻤﻊ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟِﻤَﻦْ ﺣَﻤِﺪَﻩُ pada
raka’at terakhir dari shalat Isya beliau membaca doa
Qunut:
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﻧْﺞِ ﺳَﻠَﻤَﺔَ ﺑْﻦَ ﻫِﺸَﺎﻡٍ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﻧْﺞِ ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﻀْﻌَﻔِﻴﻦَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﺷْﺪُﺩْ ﻭَﻃْﺄَﺗَﻚَ ﻋَﻠَﻰ ﻣُﻀَﺮَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﺟْﻌَﻠْﻬَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﺳِﻨِﻴﻦَ ﻛَﺴِﻨِﻲ ﻳُﻮﺳُﻒَ
tolonglah Walid bin Al Walid. Ya Allah, tolonglah
Salamah bin Hisyam. Ya Allah, tolonglah orang-orang lemah dari kaum mu’minin. Ya, Allah sempitkanlah
jalan-Mu atas orang-orang yang durhaka. Ya Allah,
jadikanlah tahun-tahun yang mereka lewati seperti
tahun-tahun yang dilewati Yusuf “ [HR. Bukhari] [1]
Radhiyallahu’anhu , ia berkata: “ Sungguh aku
bersungguh-sungguh dalam mencontoh shalat
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam”. Dan pernah
Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu berdoa Qunut pada
raka’at terakhir shalat Zhuhur dan shalat Isya serta shalat Shubuh setelah membaca ﺳﻤﻊ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟِﻤَﻦْ ﺣَﻤِﺪَﻩُ
kemudian ia berdoa untuk kebaikan kaum mu’minin
dan keburukan kaum kafir. [HR. Bukhari-Muslim]
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berdoa Qunut
dengan selama sebulan dan dilakukan berturut-turut
pada shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya, dan shalat
Shubuh pada setiap raka’at terakhir setelah membaca
ﺳﻤﻊ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟِﻤَﻦْ ﺣَﻤِﺪَﻩُ beliau mendoakan kehancur
bagi
Bani Sulaim, Ri’lin, Dzakwan dan Ushayyah. Kemudian
orang-orang dibelakangnya mengamini” . Diriwayatkan
oleh Ahmad, Abu Dawud dengan sanad jayyid. An
Nawawi berkata: “Diriwayatkan Abu Dawud dengan
sanad hasan dan shahih” [ Al Majmu’ , 482/3]. Ibnul
Qoyyim berkata: “Hadits ini shahih” [ Zaadul Ma’ad ,
208/1]. Al Albani menghasankan hadits ini [Lihat
Shahih Sunan Abi Dawud juz 1443]
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tidak berdoa
Qunut dengan bacaan yang panjang. Sebagaimana
hadits dari Anas Radhiyallahu’anhu saat ada yang
bertanya “Apakah Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam berdoa Qunut pada shalat Shubuh?”. Anas menjawab: “Ya. Setelah ruku’, dengan doa yang ringkas”
[HR. Muslim].
menjadi musibah saat itu.
adanya sebab, yaitu musibah besar yang melanda
kaum muslimin, jika musibah telah berakhir maka
tidak dilakukan lagi.
Lafadz-nya disesuaikan dengan musibah yang
sedang terjadi.
mengeraskan suara saat berdoa Qunut.
(mengamini) doa imam pada saat berdoa Qunut.
dalam doa Qunut.
0 comments:
Post a Comment