Wednesday, December 2, 2015

(Majelis ke 33) MEMANDANG WAJAH ALLAH DI HARI QIYAMAH

(Majelis ke 33) MEMANDANG WAJAH ALLAH DI HARI QIYAMAH - Sugeng Rawuh Shobat Mulia Kitab Kuning Klasik, pada dasernya setiap aturan dalam hidup ini sudah diataur secara sedemikian lengkap oleh AL-Quran dan Hadist namun pada perkembanganya , Banyak ulama terdahulu yang lebih meringkas dan mempermudahnya menjadi sebuah kitab-kitab yang menjadi rujukan umat sampai sekarang ini. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mempermudah dalam pemahamanya. Dan dengan rujukan semacam ini kita lebih mudah dan gampang dalam mengamalkanya. Sehingga kita tidak tertipu oleh dalil -dalil yang diputar balikkan oleh sebagian kalangan.

Bagi kaum ahlu sunan wal jama'ah, kitab semacam ini merupakan hal penting yang harus terus dilakukan dikembangkan dan deipelajari guna mendapatkan rujukan yang benar sesuai dengan sanad yang ada. Karena rujukan tanpa mengetahui sanad dan asbbul nuzul yang jelasa akan menghasilkan keraguan didalamnya. untuk itu (Majelis ke 33) MEMANDANG WAJAH ALLAH DI HARI QIYAMAH hadir menjelaskan problematika dalam hidup anda dan memudahkannya.

Terjemah Kitab

Fathur-Rabbany

wal

Faidhur-Rahmany

Karya
 Syeikh Abdul Qadir Al-Jailany ra.
Majelis ke  33.
MEMANDANG WAJAH ALLAH DI HARI QIYAMAH

Ahad pagi tanggal 15 Jumadil Akhir tahun 545 Hijriyah di Pondok, Beliau berkata:
Barangsiapa mengetahui orang yang dicintai Allah berarti telah mengetahui orang yang mengenal Allah melalui hatinya yang masuk dalam sirrinya. Tuhan kita Azza wa Jalla adalah Dzat yang wujud yang bisa dilihat. Ini sebagaimana ditandaskan oleh Nabi saw. :
“Kamu semua akan bisa melihat Tuhanmu secara jelas seperti kamu melihat matahari dan bulan yang tidak menyakitkan penglihatanmu.”
Hari ini kamu bisa melahat-Nya melalui  mata hati dan besok dengan mata kepala : “Tiada penyerupa bagi-Nya sesuatu pun dan dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Orang yang dicintai Allah tentu rela atas ketentuan-Nya, bukan kepada yang lain, mereka mohon pertolongan dari-Nya dan mempersempit selain Dia, baginya kepahitan menjadi orang fakir sebagai kemanisan, tanpa mengurangi arti rela kepada-Nya, dan merasa nikmat jika bersama-Nya. Letak kaya ada di fikiran, nikmat mereka jika sedang sakit, kejinakan berada dalam ketakutannya. Alangkah beruntung wahai orang penyabar, wahai orang rela, wahai orang yang memadamkan nafsu dan hawanya.
Wahai manusia, sertai Dia dan relakan perbuatan-Nya, janganalah merasa pintar atau merasa lebih berakal terhadap orang-orang yang berakal daripadamu. Fiman Allah :
“Dan Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui.” (Qs.II:232).
Berhentilah di hadapan-Nya, berpijak pada kejatuhan akal dan ilmu, tentu kamu akan memperoleh ilmu-Nya.
Dengarlah dan amalkan sesungguhnya aku pemintal perhubunganmu, aku pemintal tali perhubunganmu penuh lembut, sedang pemula keputusannya bukan dari daku; mereka; karena kepentingan mereka sendiri. Daku tidak mengenal sedih, aku laksana burung di mana saja!.


Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : (Majelis ke 33) MEMANDANG WAJAH ALLAH DI HARI QIYAMAH

0 comments:

Post a Comment